SI BURUNG LAYANG-LAYANG TERBANG
Enpi atau kadang diucapkan Empi termasuk dalam golongan kata Shotokan
yang dinamis. Gerakan yang bervariasi dipadu irama yang berubah-ubah
menunjukkan jika kata ini mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi. Nama
Enpi berarti burung layang-layang terbang. Sesuai dengan namanya,
karakter kata ini lincah dan berubah arah dengan cepat di angkasa.
Melihat dari gerakannya, banyak orang berpikir jika Enpi lebih cocok
dilakukan orang yang bertubuh kecil, tidak gemuk dan mempunyai kaki yang
ringan. Sementara pendapat ini ada benarnya, yang perlu diketahui
adalah Enpi boleh dilakukan dengan kekuatan. Tidak ada batasan bahwa
kata ini akan selalu tampil cepat. Ada banyak praktisi Shotokan yang
memberikan tenaga dalam setiap gerakannya dan mampu mengeksekusi kata
ini dengan baik. Dan tahukah Anda jika Enpi versi lawas dari JKA justru
tidak mengutamakan pada kecepatan?
Sebelum modernisasi nama asli Enpi adalah Wanshu. Nama ini diduga
diambil dari seorang diplomat asal Tiongkok bernama Wang Ji (1621 –
1689) yang tengah bertugas di Okinawa sekitar tahun 1860-an. Oleh
penduduk lokal namanya lalu disebut dengan “Wanshie” atau “Wanshu.” Saat
itu memang banyak utusan asal Tiongkok yang ditempatkan di Tomari
karena lokasinya di antara Naha dan pelabuhan. Sebagai diplomat tugas
mereka adalah menjadi penghubung antara kekaisaran Tiongkok dengan
penguasa setempat.
Menurut legenda selama di Okinawa Wanshu kerap menunjukkan kebolehannya.
Beberapa sumber mengatakan kegemarannya adalah mengalahkan lawan dengan
melempar atau membanting. Gaya tinju Tiongkok dan kebiasaannya itu
kemudian diadaptasi oleh penduduk lokal menjadi sebuah kata dengan nama
Wanshu. Selama larangan penggunaan senjata, kata ini dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi. Awal tahun 1900-an hingga Restorasi Meiji kata Wanshu
baru menyebar luas ke Naha dan Shuri.
Barangkali teori yang unik dan terdengar aneh adalah kata Enpi berasal
dari gaya pedang samurai ternama Sasaki Kojiro. Konon salah satu teknik
Kojiro mirip dengan gerakan burung layang-layang terbang. Teori ini
kurang didukung karena tidak ada bukti yang kuat. Apalagi melihat dari
gerakannya, kata Enpi atau Wanshu masih berakar kuat dengan tinju
Tiongkok. Di Okinawa sendiri kata Wanshu banyak digunakan dalam karate
tradisional namun dengan penyebutan yang berbeda seperti Hansho, Anshu,
Oushu, Washo, dsb.
Dua versi Wanshu yang banyak berkembang saat ini jika ditelusuri berasal
dari Sokon Matsumura dan Yasutsune Itosu. Versi Matsumura bergerak
cepat dengan pola embusen yang berbeda dan tanpa lompatan yang menjadi
ciri khas Enpi. Walau gerakannya masih terbilang mirip dengan versi
Itosu, versi Matsumura lebih memfokuskan pada melempar atau membanting.
Sementara itu versi Itosu yang dipelajari oleh Funakoshi adalah
modifikasi dari versi Matsumura dan dapat dilihat dalam Shotokan pada
hari ini.
Kata Enpi biasanya akan diperkenalkan ketika praktisi Shotokan berada
pada tingkat kyu 1 atau 2. Beberapa organisasi Shotokan bahkan ada yang
terus mendalaminya hingga diatas level nidan. Kata ini sendiri dirancang
agar seseorang bergerak cepat dengan menggunakan jarak yang jauh
sebagai keuntungan dalam menyerang. Gerakan yang unik dengan irama yang
berubah-ubah dapat membingungkan lawan.
Sayangnya, di turnamen banyak praktisi Shotokan yang hanya memikirkan
kecepatan dan melakukan kata ini dengan tergesa-gesa. Mereka ingin
membuat penonton berpikir bahwa mereka mempunyai kecepatan yang bagus.
Padahal yang terjadi adalah mereka memotong teknik disana-sini.
Akibatnya, penampilan mungkin saja memukau, tapi eksekusi teknik tetap
tidak sempurna.
Agar terhindar dari kesalahan semacam ini seseorang boleh saja cepat,
tapi tetap fokus untuk timing (ketepatan waktu) yang tepat. Jangan lupa
untuk memberikan jeda dan tidak perlu tergesa-tergesa. Ingat, karena
cepat dan tergesa-gesa adalah dua hal yang berbeda.
Bicara kata Enpi tidak lengkap rasanya jika tidak membahas lompatan.
Selain teknik yang tajam dengan kekuatan pinggul, kata Enpi mempunyai
lompatan 360 derajat yang lumayan sulit. Sekedar berbagi rahasia,
lompatan yang menjadi ciri khas kata ini aslinya tidak pernah ada. Ini
adalah modifikasi dari JKA agar kata Enpi terlihat bagus dengan gerakan
atletiknya. Hal yang sama juga terjadi pada kata Unsu.
Teknisnya, arah gerakan yang disebut “tomikomi” ini sama dengan lompatan
Enpi. Hanya saja kita diminta memutar ke belakang tanpa merubah
ketinggian pinggul dan kedua lututlah yang diangkat. Tujuannya adalah
melindungi bagian tengah dan depan tubuh kita dari pukulan. Sementara
itu kedua lutut yang diangkat untuk menghindari serangan bawah seperti
sapuan kaki atau ayunan tongkat.
Saat ini kata Enpi sangat populer di turnamen. Namun satu hal yang perlu
diingat adalah kata ini sebetulnya mematikan. Banyak gerakan yang
frontal dengan menyerang organ vital seperti mata, tenggorokan dan
selangkangan. Walau sport karate adalah yang hal menarik, semoga
praktisi Shotokan tidak lupa dengan esensi setiap teknik yang ada dalam
kata ini. (Indoshotokan)
0 komentar:
Post a Comment